BAB VI
SOSIOLOGI
dan KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
A. Ilmu dalam kehidupan bermasyarakat
1. Dua
tujuan ilmu pengetahuan
Pada masa lalu,
keberadaan ilmu semata mata dimaksudkan untuk makin mengembangkan ilmu. Jadi
ilmu untuk ilmu. Ilmu sama sekali tidak terkait dengan upaya memajukan
masyarakat. Hal itu karena adanya pandangan bahwa taraf hidup masyarakat sudah
ditentukan oleh alam kodrat. Manusia tak mungkin sanggup mengubah alam kodrat.
Maka ilmu hanya berupaya memahami manusia dan alam (Melsen, 1985).
Tapi kini pandangan
terhadap ilmu telah mengalami perubahan sangat mendasar. Ilmu tidak hanya
bertujuan untuk mengembangkan ilmu. Ilmu juga bertujuan untuk mengembangkan
mutu kehidupan masyarakatdalam berbagai aspek.
Maka,kini ilmu memiliki
dua tujuan sekaligus, yaitu memajukan ilmu dan memajukan masyarakat. Pertama,
ilmu berusaha memahami alam dan manusia secara ilmiah. Selanjutnya, pemahaman
ilmiah tersebut dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.
Pergeseran tujuan ilmu
tersebut teoritis dan ilmu praksis (Melsen,1985). Ilmu teoritis sering disebut
pula ilmu dasar (basic science) atau ilmu murni (pure science) dan berfokus
pada upaya pengembangan teori. Sedangkan ilmu praksis biasa disebut ilmu
terapan (applied science) dan lebih berfokus pada upaya penggunaan teori untuk
memecahkan masalah masalah masyarakat.
Hal seperti itu terjadi
dalam berbagai cabang ilmu, tak terkecuali sosiologi. Kini nsosiologi bisa
dibedakan menjadi dua macam, sosiologi yang bertujuan mengembangkan teori teori
sosiologi, biasa disebut dengan sosiologi dasar. Yang kedua adalah sosiologi
yang bertujuan untuk memecahkan masalah masalah kemasyarakatan. Sosiologi
seperti ini biasa disebut sosiologi terapan. (Steele & Price, 2004)
Table 6.1 perbedaan sosiologi dasar
dan sosiologi terapan
ASPEK PEMBEDA
|
SOIOLOGI DASAR
|
SOSIOLOGI TERAPAN
|
Fokus
|
Secara
langsung berupaya menguji / mengembangkan teori
|
Memanfaatkan
teori sebagai alat untuk mengatasi masalah sosial
|
Status
teori sosiologi
|
Merupakan
tujuan yang hendak dicapai
|
Merupakan
alat untuk mencapai tujuan
|
Metode
kerja
|
Bertolak
dari teori untuk mengkritisi teori
|
Bertolak
dari masalah riil untuk mencari solusi
|
Dari
tabel diatas, tampak bahwa teori sosiologi memiliki posisi penting dalam sosiologi
dasar maupun sosiologi terapan. Bagi sosiologi dasar, teori sosiologi
diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut teori-teori sosiologi yang ada.
Sedangkan bagi sosiologi terapan, teori sosiologi diperlukan sebagai alat untuk
mencari solusi terhadap masalah-masalah sosial yang hendak dipecahkan.
Hal
itu menunjukkan bahwa antara sosiologi dasar dan sosiologi terapan saling
berhubungan erat. Teori yang dihasilkan oleh sosiologi dasar menjadi sarana
penting bagi sosiologi terapan untuk memahami dan memecahkan masalah sosial.
Sebaliknya, hasil-hasil yang dicapai oleh sosiologi terapan menjadi bahan
masukan penting bagi sosiologi dasar untuk menguji atau mengembangkan
lebihlanjut teori sosiologi yang ada.
Sosiologi
terapan merupakan upaya menerapkan pengetahuan sosiologi (sosiologi
dasar/sosiologi teoritis) dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengenal
Sosiologi Terapan
Istilah
sosiologi terapan merupakan terjemahan dari beberapa istilah yang berbeda-beda
dalam bahasa inggris. Setidaknya ada tiga istilah yang biasa digunakan untuk
menunjuk pada sosiologi terapan. Ketiga istilah itu meliputi Sociological practice, clinical sociology, dan applied sociology.
Penggunaan
ketiga istilah itu mengindikasi bahwa sosiologi terapan merupakan cabang ilmu
yang relative masih baru. Karena itu, belum ada kesepakatan mengenai istilah
mana yang tepat untuk digunakan. Penggunaan istilah applied sociology umumnya lebih disarankan. Alasannya sederhana,
karena sosiologi terapan pada dasarnya merupakan upaya penerapan (applying) sosiologi (Steele & Price,
2004).
Apa
itu sosiologi terapan ??
Ada banyak definisi
mengenai hal itu, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Sosiologi terapan adalah pemanfaatan
ilmu sosiologi dengan tujuan khusus pada penerapannya secara praktis terhadap
perilaku manusia dan organisasi. (Palmer & Lamm, 1998)
·
Sosiologi terapan adalah setiap
pemanfaaatan perspektif sosiologis dan atau alat alat daripadanya guna
memahami, melakukan intervensi atau meningkatkan kehidupan sosial manusia. (
Stelle & Iutcovich, 1997).
B.
SOSIOLOGI DAN MASALAH-MASALAH SOSIAL
1. Masalah-masalah
sosial
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian
antara unsur unsure dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
pokok dari warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan
sosial (Gillin & Gillin, dalam Soekanto, 2002).
Dalam sosiologi, umumnya dikenal berbagai
kriteria/ukuran sehingga sebuah keadaan bisa disebut sebagai masalah sosial.
Namun demikian, kriteria utama sebuah fenomena sosial disebut sebagai masalah
sosial adalah adanya ketidaksesuaian antara ukuran nilai sosial dengan
tindakan-tindakan sosial. Artinya, adaa kesenjangan antara apa yang seharusnya
terjadi (harapan) dengan apa yang senyatanya terjadi (kenyataan) (Merton &
Nisbet, dalam Soekanto, 2002). Selain kriteria tersebut, sebuah fenomena sosial
tersebut sebagai masalah sosial karena hal-hal berikut.
a. Masyarakat
menganggap bahwa suatu gejala sosial merupakan masalah sosial.
b. Banyak
warga masyarakat yang menaruh perhatian terhadap fenomena sosial tersebut.
Meskipun
demikian, kedua kriteria tersebut sebenarnya bersifat relative, sebab ada
gejala sosial yang menurut masyarakat bukan merupakan masalah sosial. Namun,
mengingat akibatnya,gejala tersebut sesungguhnya merupakan masalah sosial.
Contoh, sampai saat ini banyak warga masyarakat yang memahami bahwa penyakit
flu burung bukan merupakan masalah sosial. Padahal senyatanya penyakit tersebut
sangat membahayakan masyarakat. Demikian pula, ada gejala sosial yang tidak
mendapat perhatian warga masyarakat, namun sesungguhnya merupakan masalah
sosial. Misalnya tingginya angka kematian penduduk akibat kecelakaan lalu
lintas.
Itulah
sebabnya dalam sosiologi dikenal istilah “masalah sosial manifest” dan “masalah
sosial laten”. Masalah sosial manifest adalah masalah sosial yang nyata-nyata
diakui oleh masyarakat sebagai masalah sosial. Sedangkan masalah sosial laten
adalah masalah sosial yang tidak diakui sebagai masalah sosial oleh masyarakat.
2. Memanfaatkan
Sosiologi
Mengapa terjadi masalah
kemiskinan? Menurut perspektif sosiologis, hal itu bisa dipahami berdasaaarkan
beberapa teori. Menurut teori fungsional-struktural, setidaknya ada dua sebab
terjadinya kemiskinan. Pertama, seseorang menjadi miskin karena ia gagal
menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Ia dipandang tidak
menjalankan fungsinya secara baik, yaitu tidak bekerja secara optimal. Dengan
kata lain, seseorang miskin karena ia malas bekerja. Kedua, seseorang miskin
karena nilai-nilai kehidupan yang dianutnya tidak mendukungnya untuk menjadi
pekerja keras. Dengan demikian, menurut teori fungsional-struktural, seseorang
menjadi miskin karena kesalahan orang
itu sendiri.
Sementara itu, menurut teori konflik, seseorang itu miskin
bukan karena ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada.
Juga bukan karena ia tidak memiliki nilai-nilai yang mendukungnya sebagai
seorang pekerja keras. Melainkan, seseorang menjadi miskin karena struktur
sosial yang ada tidak adil. Jadi, seseorang miskin karena struktur sosial
mengkondisikan demikian.
C.
SOSIOLOGI DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Penerapan
sosiologi tidak hanya terkait dengan masalah masalah sosial dalam skala mikro.
Melainkan juga terkait dengan masalah masalah sosial dalam skala makro.
Konkretnya, sosiologi menolong masyarakat untuk memahami proses pembangunan.
Dengan demikian, masyarakat bisa ikut serta mengarahkan jalannya pembanguan
menuju arah sebagainya mestinya.
1.
Pembangunan
Masyarakat
Apa itu pembangunan masyarakat? Ada
banyak definisi mengenai pembangunan. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut.
a.
Pembangunan adalah proses transisi
atau transformasi secara besar-besaran dari tahap masyarakat “primitif” atau
masyarakat “tradisional” ke tahap yang lebih maju yakni apa yang disebut
sebagai “masyarakat modern”. (Jan-Erik
Lane & Svante Ersson).
b. Pembangunan
adalah industrialisasi, yang merupakan proses dinamis dan inovatif yang
bersumber dari alokasi informasi teknologi baru dan modernisasi berkelanjutan
yang terjadi setelah adanya industrialisasi. (David E. Apter).
c. Suatu
proses melalui usaha atau prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan
pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. (PBB).
Dari berbagai definisi
yang ada, dapat diketahui bahwa inti dari pembangunan adalah proses perubahan
masyarakat. Sebagaimana kita tahu, perubahan masyarakat bisa bergerak kearah
yang kurang baik (negatif), bisa pula merupakan perubahan kearah yang lebih
baik (positif).
Terkait dengan proses
pembangunan masyarakat tersebut, ada beberapa prinsip yang perlu mendapat
perhatian, yaitu sebagai berikut :
a. Pembaangunan
merupakan proses yang disengaja dan terarah
b. Pembangunan
diarahkan pada terjadinya peningkatan taraf/mutu kehidupan warga masyarakat
secara individu maupun keseluruhan.
c. Pembangunan
mengutamakan partisipasi (inisiatif dan kreatifitas) masyarakat.
d. Pembangunan
mengutamakan pendayagunaan sumber sumber setempat.
Proses
pembangunan bisa berhasil, bisa pula kurang/tidak berhasil. Karena itu perihal
ukuran keberhasilan tersebut menjadi hal penting. Apa saja ukuran sebuah proses
pembangunan yang berhasil? Ada beberapa hal yang menandai sebuah pembangunan
yang berhasil. Beberapa hal itu meliputi :
a. Adanya
peningkatan kekayaan rata rata masyarakat
b. Terjadinya
pemerataan pendapatan masyarakat
c. Terjadinya
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat; dan
d. Tidak
adanya/minimnya kerusakan lingkungan.
Dengan
demikian, pembangunan dikatakan berhasil manakala mampu menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tanpa/dengan sesedikit mungkin kerusakan sosial dan alam.
Itulah pembangunan yang berkelanjutan (Budiman, 2000)
2.
Peran
Sosiologi dalam Pembangunan
Sebagaimana
dikatakan diatas, sosiologi berperan menyediakan “peta”untuk memahami proses pembangunan.
“peta” tersebut adalah berbagai pandangan teoritis mengenai pembangunan. Sejauh
ini ada berbagai pandangan teoritis mengenai pembangunan. Diantaranya :
·
Teori modernisasi
·
Teori ketergantungan
·
Teori pascaketergantungan
2.1.Teori
Modernisasi
Menurut teori modernisasi masalah
pembangunan (keterbelakangan masyarakat) terjadi akibat adanya faktor-faktor
internal dalam masyarakat. Karena itu, cara melakukan pembangunan adalah
bagaimana menumbuh-kembangkan faktor faktor internal itu. Ada berbagai pendapat
:
a. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi
b. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat.
c. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh adanya kebutuhan/dorongan untuk berprestasi
d. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh adanya kewirausahaan dalam masyarakat
e. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh adanya kondisi lingkungan masyarakat yang baik
f. Pembangunan
masyarakat ditentukan oleh adanya manusia modern.
Teori
bahwa pembangunan ditentukan oleh nilai budaya masyarakat, dikemukakan oleh Max Weber. Menurut pandangan ini, nilai
nilai budaya, terutama agama, merupakan faktor terpenting yang menggerakkan
pembangunan. Terutama dalam hal ini adalah nilai-nilai budaya yang mendukung
kemajuan ekonomi, misalnya, sikap hemat, kerja keras, dan kesediaan untuk
menunda kesenangan sekarang demi kepentingan masa depan.
Teori
bahwa pembangunan masyarakat ditentukan oleh adanya kebutuhan/dorongan untuk
berprestasi dikemukakan oleh David
McClelland. Menurut McClelland, kebutuhan/dorongan berprestasi merupakan
faktor terpenting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, karena itu agar
pembangunan dapat berlangsung dengan baik, harus diupayakan agar semakin banyak
warga masyarakat yang memiliki kebutuhan/dorongan berprestasi.
2.2.Teori Ketergantungan
Teori
ini merupakan respons/kritik terhadap teori modernisasi. Beberapa tokoh teori
ketergantungan adalah Andre Gunder Frank, Paul Baran, Theotonio Dos Santos, dan
lain lain. Menurut teori ketergantungan, hambatan pembangunan bukan berasal
dari faktor faktor internal, sebagaimana pendapat teori modernisasi, melainkan,
terjadi akibat faktor eksternal masyarakat. Faktor eksternal itu adalah adanya
pembagian kerja internasional yang tidak adil. Konkretnya, ada hubungan yang
tidak setara antara dua kawasan, yaitu kawasan pusat (Negara maju) dan kawasan
pinggiran (Negara berkembang)
2.3.Teori Pascaketergantungan
Teori
ini merupakan respons/kritik terhadap teori ketergantungan. Beberapa tokoh dari
teori ini misalnya Bill Waren. Menurut teori ini, proses pembangunan di
berbagai Negara di dunia tidak bisa dianalisis secara sendiri-sendiri,
melainkan harus dilihat dalam keseluruhannya sebagai sebuah totalitas. Namun,
berbeda dengan pandanga teori ketergantungan, menurut teori pascaketergantungan,
hubungan antara Negara pusat dan pinggiran tidak selalu bersifat merugikan
Negara pinggiran. Selalu ada kemungkinan terjadinya perubahan . baik iru
perubahan naik kelas (Negara berkembang menjadi Negara yang lebih maju) maupun
turun kelas (Negara maju menjadi Negara berkembang). Negara-negara yang mampu
naik kelas itu antara lain, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong Singapura,
Malaysia, Cina, Tanzania, dan lain lain.
Demikianlah,
melalui sosiologi kita dapat memperoleh pemahaman global mengenai proses
pembangunan. Pemahaman tersebut akan menolong para pembuat kebijakan dalam
menentukan prioritas-prioritas kebijakan public yang tepat dalam pelaksanaan
pembangunan. Bagi warga masyarakat biasa, pemahaman tersebut setidknya akan
menjadi masukan berharga dalam menilai kebijakan pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah dan/atau melakukan prakarsa untuk melaksanakan kegiatan pembangunan
dalam skala lokal.