Senin, 12 Desember 2011

HARUSKAH PERBEDAAN BERAGAMA SELALU DISELESAIKAN DENGAN KEKERASAN?


Beberapa pemikiran Ahmadiyah berhasil menarik perhatian,terutama soal kedatangan Mesias atau AI Masih.namun itu tak lama karena belakangan terungkap ajaran ini dianggap menyimpang karena tak mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir.walau dipandang menyimpang,pada 1928,tokoh Muhamadiyah Raden Ngabehi HM Djojosoegito,sepupu hasyim Asy’ari(pendiri NU)mendirikan Ahmadiyah Indonesia (AI)
            Muhammadiyah meresponnya dalam kongres di Solo pada 1929.majelis Tarjih Muhammadiyah menyatakan bahwa barang siapa yang mempercayai adanya nabi setelah nabi Muhammad SAW berarti telah kafir.hubungan Ahmadiyah dan Muhammadiyah akhirnya putus.Belanda yang khawatir Muhammadiyah dan NU bisa membuat Indonesia merdeka,merangkul Ahmadiyah pada 1930.
            Sejak itu Ahmadiyah pun berkembang terbagi dua.pertama,Ahmadiyah Qadian,atau jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dengan pusatnya di Bogor- kelompok inilah yang bentrok di Cikeusik.JAI mempercayai Mirza adalah seorang Nabi.sedangkan kelompok kedua,Ahmadiyah Lahore atau Gerakan Ahmadiyah Indonesia,yang berpusat di Yogyakarta.Beda dengan JAI,kelompok ini tak menganggap Mirza sorang nabi.
            Dukungan kolonial membuat JAI akhirnya berkembang lebih pesat,kelompok kelompok islam seperti Muhammadiyah dan NU hanya bisa memperingatkan para pengikut mereka agar aqidah mereka tak dirusak JAI yang loyal pada penjajah Belanda.setelah Indonesia merdeka,era orde baru,Ahmadiyah tetap eksis walau kalangan islam berkali kali meminta dibubarkan.salah satu penyebabnya karena disebut sebut JAI berlindung di bawah Golkar.
            Pengaruh JAI baru melemah setelah terjadi revormasi dan hemegoni Golkar meredup.pada 2005,Halaqah PBNU merekomendasikan kepada pemerintah agar ahmadiyah dibubarkan.desakan pembubaran ahmadiyah menguat dan potensi bentrokan di tingkat horizontal membesar.pada 2008,Badan kordinasi Penganut Agama dan Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) melakukan rapat bersama membahas nasib Ahmadiyah dan JAI.
            Pada 9 Juni 2008,dibuatlah Surat Keputusan Bersama ( SKB ) intinya,memerintahkan pengurus JAI sepanjang menganut agama islam berhenti menyebarkan ajaran bahwa nabi Muhammad SAW bukan nabi terakhir.namun SKB tinggal SKB.Ahmadiyah atau JAI melakukan perlawanan dengan cara baru.sebelumnya menggunakan pihak berkuasa seperti colonial dan Golkar,maka belakangan menggunakan individu yang menyebut dirinya aktivis HAM.dengan tameng kebebasan beragama.pemerintahpun ragu melakukan penegakan hukum sehingga keresahan pun kembali mencuat dan konflik horizontalpun akhirnya meledak dimana mana.
Sumber :FORUM keadilan:No.42,20 Februari 2011 halaman 20

TANGGAPAN :
Dari surat kesepakatan bersama (SKB) tiga menteri perlu direvisi,nanti ada evaluasi secara mendalam dari pelaksanaan Surat Kesepakatan Bersama Tiga Menteri (SKB 3)tentang Ahmadiyah,dan tentunya diharapkan ada solusi yang bersifat permanen supaya tidak ribut terus.
Saya kira SKB itu bagus.yang tidak bagus itu adalah aplikasinya.sebenarnya sudah bisa dilakukan prevensi secara konstitusional.bagaimanapun,tindak kekerasan itu tetap tidak boleh.tindak kekerasan itu tidak ada pasalnya untuk dibenarkan.
Masalah Ahmadiyah itu sebenarnya bukan masalah kebebasan beragama.melainkan penodaan terhadap salah satu agama(islam). Kecuali Ahmadiyah mengaku sebagai agama sendiri.kerukunan itu antar umat beragama,tetapi yang terjadi pada Ahmadiyah adalah pembelokan sektoral dari salah satu agama.

ARTIKEL 2
Ada yang menyebutkan karena memang adanya kemarahan umat akibat penistaan agama. akan tetapi juga ada yang menyebutkan adanya kesengajaan untuk mendiskreditkan tokoh agama yang pernah menyatakan pemerintah berbohong, sehingga tokoh agama sebaiknya tidak mengurusi politik, akan tetapi mengurusi umat. Sedangkan spekulasi lainnya adalah adanya pihak-pihak yang mendompleng untuk mempercepat kejatuhan pemerintah dengan munculnya peristiwa tersebut.
Direktur Sekolah pascasarjana  Islam Negeri Jakarta, Azyumardi Azra, di Jakarta, menyatakan motif untuk mendiskreditkan para tokoh agama yang pernah mengeluarkan pernyataan kritisnya terkait kinerja pemerintah maupun motif dari pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan pemerintah dengan rangkaian insiden Cikeusik dan amuk massa di Temanggung, dinilai akan sia-sia dan tidak akan pernah berhasil.
Jika ada motif seperti itu justru dinilai sangat membahayakan dan menghancurkan kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh sebab itu, Azyumardi, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (9/2/2011), berharap Kepolisian Negara RI untuk segera mengungkapkan secara tuntas motif dan latar belakang rangkaian peristiwa tersebut.
“Kalau dilihat dari peristiwa dan informasi sebelumnya yang diketahui oleh aparat, seharusnya rangkaian peristiwa itu tidak perlu terjadi di Cikeusik, Pandenglang, Banten, dan Temanggung, Jawa Tengah. Oleh sebab itu, harus dicari tahu sungguh-sungguh apa sebenarnya yang terjadi,” ungkap Azyumardi.
Menurut Azyumardi, masyarakat selama ini sudah cukup dewasa dan mengetahui serta merasakan apa yang menjadi persoalan sehari-hari di bidang sosial dan ekonomi. “Kedua motif tersebut jika dikedepankan justru akan mempercepat eskalasi politik mengingat persoalan sosial ekonomi yang saat ini membebani masyarakat,” lanjut Azyumardi.
Azyumardi menambahkan, jika ternyata dua motif itu benar, Indonesia semakin dekat dengan apa yang disebut kegagalan pemerintah mengelola negara.
TANGGAPAN :
Dengan segala hak umat Islam membela akidah dan kemurnian ajaran agamanya,
adalah tidak dibenarkan untuk melakukan kekerasan-kekerasan.
Perilaku kekerasan dan perusakan merupakan perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam dan tauladan Rasulullah SAW. Sebaliknya, justru akan menampakkan Islam pada posisi yang semakin tidak menguntungkan.
            Indonesia adalah Negara yang plural dari segi suku,agama,daerah.d dalam masyarakat plural yang namanya konflik horizontal itu suatu yang lumrah.walaupun cita cita kita konflik itu semakin lama semakin sedikit.tapi untuk sama sekali hilang,tidak mungkin,karena misalnya,kalau ada yang minoritas itu ada satu orang saja yang nakal menyebarkan efek atas kehendak sendiri,lalu bisa menyebabkan mayoritas marah dan seluruh minoritas,terkena  getahnya sendiri.jadi,sesuatu yang individual bisa memicu sesuatu yang sangat menyeluruh.
Menurut saya,pertengkaran tidak bisa dinihilkan.katakanlah pimpinan agama agama itu rukun,itu bagus.tapi yang namanya orang nakal itu pasti selalu ada.bukan hanya kalangan mayoritas,kalangan minoritaspun bisa tiba tiba melakukannya.dan itu bisa menjadi pemicu kemarahan.
·         Apa yang dibutuhkan sehingga pertengkaran tidak selalu berujung pada kekerasan?
Memang untuk mendidik agar manusia Indonesia ini tidak agresif dibutuhkan kekuatan dari masyarakatnya sendiri.misalnya pemimpin agama di dalam khotbahnya harus mengajarkan kepada ummatnya supaya orang beragama tersebut jangan memakai kekerasan sebagai solusinya .
·         Dampak dari peristiwa di Cikeusik dan Temanggung
Islam bisa saja disudutkan yang seperti ini dan itu,padahal kenyataannya tidak semua umat Islam seperti yang dituduhkan.dampak lain,yaitu rasa malu.saya yakin sebagian besar orang Islam di Indonesia khususnya,ini sudah malu jika melakukan kekerasan.
KESIMPULAN
Memang untuk mendidik agar manusia Indonesia ini tidak agresif dibutuhkan kekuatan dari masyarakatnya sendiri.misalnya pemimpin agama di dalam khotbahnya harus mengajarkan kepada ummatnya supaya orang beragama tersebut jangan memakai kekerasan sebagai solusinya .
Apalagi kalau mengingat apa yang telah disampaikan oleh mendiang Gusdur,bahwa urusan beragama adalah urusan individu dengan Tuhannya.
Solusi dari konflik antar umat beragama yang tepat yaitu cara yang lebih efektif dengan kesadaran masyarakat,dan siapa pemimpin yang dipercaya.kemudian lintas agama segera berkumpul membuat assembly nasional.sedangkan pemerintah hendaknya lebih intensif menggunakan Negara untuk melakukan proteksi.kekerasan itu pasti salah.kerawanan yang menimbulkan kekerasan juga harus ditutup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar