Penelusuran Hari Jadi Kabupaten Klaten
Daerah yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Klaten merupakan
daerah kuno, dalam arti sudah dihuni oleh manusia sejak masa peradaban
Hindu dimulai di tanah jawa.
Pada masa awal berdirinya kerajaan-kerajaan hindu jawa, klaten telah
tampil kemuka, terbukti ditemukannya peninggalan-peninggalan Hindu-Budha
di daerah ini, seperti candi, prasasti, dan benda-benda logam. Hal ini
dapat dilihat dari nama-nama desa (daerah) di wilayah kabupaten klaten
yang keberadaannya dapat dirunut hingga pada masa Hindu-Budha, seperti
Puluwatu (Sekarang Desa Puluh Watu), Gumulan (Desa Gumulan, Kalikotes),
Wadi hati (Desa Wedi), Mirah-Mirah (Desa Muruh) dan Upit (Ngupit
Kecamatan Ngawen). Bahkan di daerah Ngupit juga diketemukan sebuah
prasasti yang berkaitan dengan pendirian desa tersebut sebagai desa
perdikan. Prasasti Upit dikeluarkan oleh rakai Kayuwangi dan
bertanggal 11 Nopember 866 M.
Pada masa Kerajaan Islam (Demak,Pajang,Mataram) daerah klaten yang
termasuk wilayah negaragung (Negara Agung) juga menyimpan kisah-kisah
sejarah yang terdokumentasi dalam cerita rakyat, babad, dan sumber
sejarah lainnya. Kisah tentang Kyai Melati yang dipercaya masyarakat
klaten sebagai “cikal bakal” kota Klaten merupakan awal adanya pemukiman
di kota Klaten. Dari Kyai Melati inilah nanti muncul kata Klaten, namun
demikian hingga akhir abad ke-18, nama Klaten belum pernah disebut,
baik dalam sumber sejarah tradisional maupun kolonial.
Nama Klaten baru muncul dalam sumber sejarah, ketika desa ini dipilih
sebagai tempat pendirian Benteng (Loji). Benteng (Loji) sebagai pusat
kekuasaan pemerintah kolonial, setiap pendirian selalu dicatat dan
diarsipkan oleh pegawai kolonial. Apalagi benteng (loji) klaten yang
disebut juga dengan loji klaten, memiliki fungsi militer dan
administrasi yang penting, karena berada tepat di tengah antara
kekuasaan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, maka segala
aktifitas berkaitan dengan benteng (loji) selalu tercatat dengan baik.
Pendirian benteng (loji) klaten yang peletakan batu pertamanya dimulai
pada hari sabtu, 28 Juli 1804. Pendirian benteng (loji) di desa Klaten
dapat dianggap sebagai awal munculnya sebuah pemerintahan supra desa,
karena benteng (loji) merupakan simbol kekuasaan, baik tradisional
maupun kolonial.
Berdasar pada pendirian benteng inilah, maka pada tahun-tahun
berikutnya klaten dipilih sebagai tempat kedudukan pos tundhan pada
tanggal 12 Oktober 1840, Kabupaten Gunung Polisi pada tanggal 5 Juni
1847 (berdasarkan Staatsblad no.30 tahun 1847, Staatsblad no.32 tahun
1854 dan Staatsblad no. 209 tahun 1874) dan Kabupaten Pangreh Praja pada
tanggal 12 Oktober 1918 (berdasarkan Rijksblad Surakarta, no.23 tahun
1918).
Melihat sejarah-sejarah yang terjadi di Kabupaten Klaten seperti di
atas, maka tim penggali hari jadi Kabupaten Klaten memilih tanggal
pendirian benteng Klaten sebagai hari dan tanggal kelahiran Kabupaten
Klaten. Hal ini didasarkan pada peristiwa awal munculnya nama Klaten
dalam sumber sejarah (dasar nomenklatur) dan asas kontinuitas
peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di Klaten. Di samping itu dukungan
sumber sejarah tertulis tentang pendirian Benteng Klaten juga menjadi
dasar dipilihnya tanggal 28 Juli 1804 sebagai hari lahirnya Kabupaten
Klaten dan telah ditetapkan dengan Perda no.12 tahun 2007, tanggal 18
Juni 2007 tentang hari jadi Kabupaten Klaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar